Pro Evolution Soccer (Ini semua hanyalah masalah waktu)

Siapa yang tidak tahu PES atau pada jamannya dulu lebih dikenal dengan Winning Eleven? Mungkin hampir semua ‘PRIA’ tau permainan yang tak ada matinya ini. Kalo kamu wanita, tidak tau PES, tenang aja itu wajar kok, kalian kan mainannya boneka. Atau lebih suka bergosip? 
πŸ˜‹ becanda ya.

(gameplay PES)

Okee, balik lagi. Jika kamu pria dan ternyata tidak mengerti atau bahkan tidak pernah main PES atau Winning Eleven, berarti kamu Anak Band. Karena kalo pria yang gak suka sepak bola biasanya menyukai bidang seni atau musik. Beruntunglah kalian yang memang menyukai dan berkecimpung dikedua bidang tersebut. Kalian memang layak disebut sebagai PRIA. 

Nah sekarang masalahnya kalo yang gak masuk dalam kedua kategori diatas bagaimana dong? Pria bukan?
😜 no offense, becanda lagi lho ya, 

Premis-premis yang saya sebutkan tadi belum teruji kebenarannya kok, jadi jangan khawatir, masih banyak bidang yang bisa kita cintai dan geluti (sebagai kaum pria tentunya).

Ada tagline yang cukup bagus di iklan televisi: “PRIA PUNYA SELERA”. Gimana, keren gak tuh? Jadi gak usah khawatir bro kamu pria atau bukan, kita pasti punya selera masing-masing. Lagian bisa dicek sendiri kok di kamar mandi. Hahaha
πŸ˜€becanda lagi nih ya

*becanda mulu nih dari tadi, kapan seriusnya?

------------------------------------------------

Oke, maaf ya, kalo candaan saya garing. Bukan ahlinya memang. Jadi gini, saya punya cerita, tentang saya tentunya, dan sekalian curhat deh. Kebetulan hari ini hari sabtu, tadi siang di kosan ga sengaja habis nonton acara berita bola di Trans-7, nama acaranya One Stop Football. Penyiarnya Terry Putri. Kebetulan nontonnya sendiri, jadi tiba-tiba galau. HAHAHA lebay banget, mana ada nonton berita sepakbola malah galau.

Bukan karena penyiarnya, tapi memang beneran galau. Eh bukan galau sih, tapi tiba-tiba sejenak terdiam dan berfikir menjelajah waktu. Udah mirip seperti kena skill satunya Enigma (Malefice) itu lho, hero kita kena stun sebentar, tapi berulang-ulang. Bagi yang gak nyambung kalo saya bahas hero di Dota maaf ya. πŸ˜…

Lanjut ya, singkat cerita begini. Sejak SMP saya mulai gemar main game Winning Eleven, sering ngadu jago sama teman (bukan ayam jago ya, tapi versus mode maksudnya, versus modenya Winning Eleven). 

Mungkin bermula dari situ saya jadi antusias nonton sepak bola, baca berita bola, dan mulai mengamati perkembangan dunia sepak bola. Hingga berlanjut ke SMA, main Winning Eleven makin jago dan canggih. Kerasa banget waktu itu, sampe punya tim idola yang bener-bener diidolakan. Ya, the Blues Chelsea. Entah suka karena warnanya biru atau memang suka dengan gaya permainan Jose Mourinho waktu itu. Saya gak bisa definisikan sebabnya. Fanatisme mulai terasa disini. Bahkan sempat saya harus cukur gundul karena kalah taruhan megang Chelsea di liga champions. Haha. Skip ke inti paragraf ini aja ya, intinya saya suka banget dengan dunia Sepak Bola. Gitu. Titik.



Namun perlahan berubah, saya kuliah di Semarang, nonton bola makin jarang karena faktor lelah untuk begadang, sementara tanggungan kuliah dan baju cucian juga masih banyak. Meskipun kadang masih disempatkan nonton sekali duakali, tapi tidak seantusias jaman dulu. Ditambah faktor lainnya, yaitu Winning Eleven sudah berubah. Game ini sudah tidak dikembangkan lagi oleh Konami sejak versi ke 10. Sebagai gantinya, nama game diubah menjadi Pro Evolution Soccer yang gameplay-nya tidak se-enak sebelumnya, meski dilain sisi grafis PES memang saya akui lebih yahud dan menawan.

Sekarang sepak bola bukan hal luar biasa lagi buat saya. Bahkan malah jadi cupu alias kurang update. Padahal dikala itu, saya sampai hafal nomor punggung pemain, Gol Lampard di gameweek kemarin selebrasinya seperti apa, strategi yang bagus ketika melawan Barcelona, hingga bahkan kaki yang dominan dari semua pemain bola di club papan atas itu apa, kanan atau kiri atau keduanya hidup. Semua pengetahuan tadi adalah hal yang sangat biasa dan mudah buat saya sebelumnya. 
Saya sependapat dengan perkataan Senior di Kampus. “Ini semua hanya masalah yang dekat atau tidak.”

" 
Mungkin buat warga pantai, kabut itu menarik. Tapi apa iya buat warga gunung kabut itu luar biasa? Wajar kalau orang kota kampungan masuk ke sawah. Sawahnya sudah jadi mall, perumahan pertokoan atau jalan. Lalu orang kota lupa kan kalo nasi asal muasalnya dari mana. Dan selalu wajar kalo orang yang sering di sawah tertarik gedung tinggi di Jakarta. Ini semua hanya masalah waktu. 
                                                                                                                                                     "

Berdasarkan statement tadi, sebelum kita menilai orang (pendapat atau pemikiran), mungkin tak ada salahnya untuk memposisikan diri kita sebagai orang tersebut. Sehingga cakrawala berpikir kita bisa lebih luas.

Paradigma, kebiasaan, antusiasme memang bisa berubah dari waktu ke waktu. Seperti saya contohnya, dulu suka sekali dengan sepak bola, kemudian disaat kuliah berubah. Atau contoh lainnya waktu saya masih SMA, saat mengerjakan PR hampir selalu saya kerjakan di sekolah, sekarang kuliah mengerjakan Tugas/PR harus di kost dong, biar gak panik di kampus. 
Ada lagi contoh lainnya, dulu jika mau berangkat sekolah, saya estimasikan45 menit sebelum masuk harus sudah berangkat. Sekarang kalau mau berangkat kuliah, cukup 5 menit sebelum masuk aja gak apa apa. Kan deket. 

Hal boleh saja berubah, karena semua harus menyesuaikan dengan situasi kondisi (SIKON) dan toleransi. Kata terakhir jangan dimasukin dalam singkatan yaa !! hehe

Konsisten itu perlu, tetapi adakalanya kita diharuskan meng-update pola pandang kita sehingga tidak keras kepala, apalagi fanatik dan menutup diri untuk suatu kebenaran yang sejati.

Sekali lagi, ini semua hanyalah masalah waktu dan keadaan, antara yang terbiasa dengan yang tidak.


(Semarang, 2013)
-------------------------------------

NB:
- Teman saya yang pertama mengajari bermain Wining Eleven adalah Naro (Handrian Narotama)
- Saat SMA, teman yang sering bermain Wining Eleven atau PES dan adu mulut hingga taruhan masalah sepak bola adalah (Adi, Fajar, Gempur, Findi, Rio, Yudith dan Delon), kalo yang di foto itu dari kiri ke kanan (Saya, Adi, Delon, Gempur, Fajar).
- Saat Kuliah gak begitu sering main PES, paling dulu pas awal-awal doang bareng Ichal (IK ’10) dan Chandra (IK ’10). Selebihnya saya lebih sering main Dota.

Comments

Popular posts from this blog

Kaderisasi

Kamarku Surgaku

JEPARADISE