Segalanya ada ketika di Puncak






Tulisan ini bisa tertulis setelah saya melakukan hal yang baru pertama kali saya lakukan seumur hidup. Mendaki gunung sampai puncak. Hal yang mungkin bagi sebagian pendaki berpengalaman merupakan hal biasa, tetapi tidak ada salahnya kan kalau saya anggap hal spesial, karena siapa sih yang tidak berkesan saat pertama kali melakukan sesuatu?

“iya gak?”
*iyain aja deh biar saya seneng :)

Gunung Ungaran adalah gunung yang terletak di Pulau Jawa, Indonesia. Dengan ketinggian 2.050 meter, gunung ini adalah gunung tinggi pertama yang dilihat pengendara dari Semarang ke arah selatan, di sisi barat. Gunung ini memiliki tiga puncak: Gendol, Botak, dan Ungaran. Puncak tertinggi adalah Ungaran (Wikipedia).

Kata teman saya Kabul, Ungaran merupakan tempat pendakian yang tepat untuk seorang pemula yang baru pernah naik gunung, meskipun medan yang dilalui cukup esktrim, tetapi ketinggian puncak dirasa cukup untuk ukuran seorang pendaki yang baru pertama kali dalam hal melakukan pendakian ini. 



Berbekal peralatan seadanya saya yakinkan diri untuk ikut pergi ke sana bersama teman-teman Siskom yang lain. Saya ingin tahu, sebenarnya apa sih yang dicari para pendaki, kebetulan kampung halaman saya juga dekat dengan alam, tidak perlu bersulit sulit untuk melihat pohon-pohon, bukit, ataupun pemandangan alam yang masih asri. Jadi saya merasa penasaran kepada mereka-mereka yang gemar sekali naik gunung, ada apa sih di puncak? apasih yang sebenarnya mereka cari di gunung?. Kok ada aja orang yang hobi naik gunung.

Pertanyaan itu sering sekali terlintas di benak saya. Rasa semangat ingin berpetualang di gunung, rasa penasaran kepada para pendaki, hingga perasaan percaya diri untuk melakukan hal yang baru pertama kali, semuanya bercampur menjadi suatu niat untuk mencoba melakukan hal baru, yaitu mendaki gunung.

dan sayapun mendaki …

Pada awal pendakian, kabul selaku ketua tim mengatakan kalau perjalanan ke atas akan memakan waktu total 5 jam jika ditempuh dengan santai. Pikiran saya langsung melayang, wah puncak yang katanya tidak tinggi harus dilalui selama 5 jam dengan jalan kaki, hampir sama dong kalau pulang ke rumah naik bus Nusantara (Semarang - Purwokerto). Waaah.
“Ini cuma Ungaran kok”, begitu kata Kabul.
“Tetapi meskipun cuma Ungaran, kita tidak boleh meremehkan alam, tetap selalu waspada dan jangan sombong, kalau capek bilang saja tidak perlu malu-malu, pasti yang lain menunggu kok” Sahut Toya kepada semua anak dengan khas bicaranya yang saya tulis dan bahasakan seingat saya.

Okee, Perjalananpun dilanjutkan ..

Karena ingin melihat matahari terbit dari puncak, maka kita memulai pendakian malam, tepatnya pukul 19.00. Kita prediksikan sampai pos pertama pukul 23.00 dan istirahat sejenak, kemudian melanjutkan lagi pada dini hari untuk menuju puncak.
….

Jalan menanjak dengan jurang di samping kanan tak jarang kita temui, pohon-pohon tumbang yang menghalangi jalan, suasana dingin, gelap dan berbagai bongkahan batu-batu besar yang ada di sekeliling membuat saya terus mencari, apa sih yang sebenarnya orang cari di puncak gunung?
Bercanda sesekali memang hal yang paling efektif untuk menghangatkan suasana perjalanan, saat bertemu rombongan lain, pasti akan terlihat senyuman-senyuman lebar penuh kehangatan menyapa.

Terasa lelah jika terus memikirkan puncak, karena perjalanan memang masih jauh. Mulailah saya menikmati perjalanan bersama teman-teman. Menikmati suasana malam yang sunyi, beristirahat sejenak tiduran di jalan tanpa takut kotor sambil melihat bintang, menikmati dingginnya Ungaran, menikmati candaan Opal yang sudah mau menyerah ketika kram, menikmati tawa setelah hadirnya rasa takut ketika dibohongi Anim bahwa ada macan ganung sedang mendekat. Caranya bercerita sangat ekspresif dan meyakinkan. Selain itu Anim juga salah satu yang berpengalaman dalam hal pendakian gunung ini, jadi ya saya percaya aja. Sial.
…..

Saat hampir sampai puncak, angin dingin semakin bertiup kencang, jalanan menjadi semakin susah, banyak batu-batu besar yang harus dilewati. Candaan teman yang sedari tadi di awal perjalanan mengatakan puncak sudah kelihatan, ternyata sudah bukan bohong lagi, haha Akhirnya kami sampai puncak tepat waktu. Jam 5 pagi kami sampai. Masih sempat untuk sholat subuh di puncak sana. Sesampainya dipuncak saya melihat sekeliling, di sana ada beberapa rombongan yang sudah lebih dulu sampai, selain itu saya juga bisa melihat bagaimana bentuk pemandangan Semarang dikala petang dari atas. Sungguh pengalaman yang seru bisa sampai puncak gunung pertama kali.

Tapi…

Saya merasakan hal yang lain, ternyata puncak gunung hanyalah sebuah bagian dari gunung yang paling tinggi, memang kita bisa melihat pemandangan indah, tapi saya tidak melihat sesuatu yang sangat menarik yang bisa membuat orang jadi senang mendaki gunung. Saya masih belum menemukan apa yang sebenarnya para pendaki cari di puncak.

Kemudian saya merenung sejenak, saya refleksikan dengan apa yang sudah saya alami selama perjalanan. Perlahan tetapi pasti, sejalan dengan matahari yang mulai terbit dan mulai menghangatkan suhu di puncak, saya menyadari, dan saya rasakan, bahwa ternyata puncak gunung bukanlah tujuan utama dari para pendaki. Prosesnyalah yang membuat orang ingin mencari sebuah arti. Bagaimana menghadapi susahnya medan, bagaimana indahnya bintang malam, bagaimana hangatnya sebuah senyuman dari orang tak dikenal, bagaimana segarnya meminum air dari mata air langsung, bagaimana  kontemplasi dari pikiran kita terus bergerak dalam sunyinya malam bersama dengan derap langkah yang terus dilangkahkan menuju suatu tujuan, bagaimana menyadari bahwa kita hidup berdampingan dengan alam. 

Percayalah jika kita sudah sampai puncak, pasti kita akan semakin menghargai alam, semakin mencintai dan memaknai bahwa alam ini indah dan rasa puas bisa sampai puncak terlahir karena kita telah berjuang dalam menggapainya. Sesuatu yang ingin kita dapatkan diawal, ternyata memberikan  hal yang lebih, dalam perjalanan selama mencapainya.

Karena hal ini, saya semakin yakin dengan prinsip saya, Kita haruslah fokus dengan tujuan utama kita, tapi jangan pernah sekali-kali untuk melupakan bagaimana nikmatnya sebuah proses mencapainya.
Karena 






………..
Oh iya, setelah dipuncak kita juga harus turun. hehe Nah saat turun inilah pemandangan makin bagus, karena perjalanan dipagi hari, udara sedang segar-segarnya, rasa puas semalam ketika mencapai puncak juga mewarnai hati. Sungguh bagian menarik dari proses mencari arti. 
dokumentasi:

....


Kalau kamu tahu alam Indonesia ini indah, gak akan ada waktu lagi untuk galau dan terus mengeluh bro ..




Comments

Unknown said…
Gunung merupakan salah satu maha karya terbaik ciptaan Tuhan yang maha Esa. dari Gunung kita dapat mengambil banyak pelajaran. kita dapat mengerti betapa besar kekuasaan Tuhan, sehingga dari itu semua kita dapat menjadikan Gunung sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. metode ini sering dikenal sebagai Tadzabur alam (mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara mengagumi ciptaannya.

artikel yang bermanfaat, terima kasih atas share-nya mas erik. ditunggu kunjungan baliknya di web saya : Brokerforexindo | IB Instaforex Indonesia
Unknown said…
stelah cape2 naik gunung, yg aneh ketika kita turun dan pulang kerumah, tiba2 kita rindu akn suasana gunung, ini yg mmbuat kita mengulang lagi untuk mendaki lagi. (pngalaman dulu wektu sma naik gunung slamet)

Popular posts from this blog

Antar Logika dan Kemungkinan

SISKOM PHORIA